Rabu, 17 Agustus 2011

Ramuan Untuk Obat Sakit Jantung

Jantung adalah organ tubuh yang paling vital. Jantung sama dengan nyawa seseorang. Maka jangan anggap sepele bila anda menderita penyakit jantung. Tapi anda tidak perlu merasa terlalu panik. Berikut ini ramuan yang dapat anda buat untuk mengobati penyakit jantung.

Bahan utama

O Ambilah 3 lembar daun sirih yang bertemu ruasnya (dalam bahasa jawa barat disebut: Temu Rose).
O 3 bungkul sedang bawang merah.
O 4 buah biji kemukus.
O 1 sendok kecil jintan putih.

Caranya:

Daun sirih, bawang merah dan kemukus dicuci bersih. Sedang jintan putih tidak perlu dicuci. Tumbuklah keempat bahan itu sampai halus. Lalu bubuhi dengan air 4 sendok makan. Setelah disaring maka minumlah air ramun tadi dua kali dalam sehari, pagi dan sore. Insya Allah penyakit jantung anda sembuh seperti sedia kala. Lakukn hal ini berulang-ulang.

Kembali Vit Setelah Melahirkan

Biasanya seorang ibu akan tampak pucat dan loyo sehabis melahirkan anak. Ha ini disebabkan banyaknya darah yang keluar sewaktu melahirkan.

Di bawah ini adalah beberapa jenis makanan yang dapat memulihkan kondisi kesehatan ibu.

O Kacang-kacangan (misal: kacang panjang, dll)
O 2 butir telur ayam dicampur susu diminum diminum hangat-hangat selama satu bulan, lebih bagus lagi 40 hari.
O Bubur kacang hijau agar memperbanyak ASI
O Daun katuk yang dimasak bening dicampur dengan irisan jagung muda.

Dengan jenis makanan tersebut mudah-mudahan anda akan segera pulih kembali. Selamat mencoba......

Meredakan Panas Dalam

Bila anak anda menderita gejala-gejala seperti tubuh terasa sangat panas bagian dalam, kulit menjadi kering seluruh kelenjar tubuh seperti tak berfungsi, bibir pecah-pecah, mata agak merah, sengau dan nafas agak memburu. Maka untuk mengatasinya gunakan resep di bawah ini:

Bahan utama

O Daun randu
O Akar alang-alang

Cara pembuatan

O Daun randu dan akal alang-alang diambil secukupnya, cuci bersih lalu rebus sampai mendidih.
O Setelah rebusan daun randu dan akar alang-alang tersebut mendidih, saring airnya dan berikan kepada anak anda yang menderita panas dalam.
O Berikan sehari tiga kali dan lakukan hal ini selama tiga hari berturut-turut.

Ramuan Sederhana Untuk Masuk Angin

Bila anda sedang melakukan perjalanan jauh, baik dengan pesawat, kapal laut ataupun bus. Dan anda takut mabok karena masuk angin maka sebelum berangkat buatlah resep di bawah ini:

Bahan utama

O Jahe
O Bawang merah

Cara pembuatan

Ambil jahe dan bawang merah secukupnya secukupnya, vakar keduanya dalam abu yang panas. Bila keduanya telah panas dan hampir hangus maka ambilah. Kupas dan gepengkan hingga agak remuk lalu masukan ke dalam gelas yang berisi susu sapi yang masih hangat. Minumlah selagi hangat. Bila anda bepergian bawalah menggunakan tremos. Bila terasa mau muntah atau masuk angin, minumlah tiga kali dalam 10 menit.

Senin, 15 Agustus 2011

Tips Cerdas Menjawab Pertanyaan Sulit Si Buah Hati


Apakah buah hati atau anak-anak Anda kadang mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan tak terduga? Anda pasti sering mengalaminya. Entah merupakan pertanyaan sulit dijawab ataukah pertanyaan yang belum saatnya mendapat jawaban. Yang pasti, Anda jangan sampai terpojok, usahakan Anda mampu menghadapinya dengan cerdas.

Karena bagi buah hati Anda, jawaban Anda adalah jawaban yang dianggap paling benar

Minggu, 14 Agustus 2011

Buaya Papua (Crocodylus Novaeguineae)

Kerajaan: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : C. novaeguineae

Nama binomial : Crocodylus novaeguineae

Buaya Papua (Crocodylus novaeguineae) adalah salah satu spesies buaya yang ditemukan menyebar di perairan tawar pedalaman pulau Papua. Bentuk umum jenis ini mirip dengan buaya muara (C. porosus), namun lebih kecil dan warna kulitnya lebih gelap.

Panjang tubuhnya sampai sekitar 3,35 m pada yang jantan, sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya ini memiliki sisik-sisik yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila disandingkan. Di bagian belakang kepala terdapat 4–7 sisik lebar (post-occipital scutes) yang tersusun berderet melintang, terpisah agak jauh di kanan-kiri garis tengah tengkuk. Sisik-sisik besar di punggungnya (dorsal scutes) tersusun dalam 8–11 lajur dan 11–18 deret dari depan ke belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 23–28 deret (rata-rata 25 deret) dari depan ke belakang.

Habitat dan kebiasaan

Reptil yang umumnya nokturnal ini menghuni wilayah pedalaman Papua yang berair tawar, di sungai-sungai, rawa dan danau. Meskipun diketahui toleran terhadap air asin, buaya ini jarang-jarang dijumpai di perairan payau, dan tak pernah ditemui di tempat di mana terdapat buaya muara.

Crocodylus novaeguineae ini bertelur di awal musim kemarau. Rata-rata buaya betina mengeluarkan 35 butir telur, dengan jumlah maksimal sekitar 56 butir. Berat telur rata-rata 73 gram, sementara anak buaya yang baru menetas berukuran antara 26–32 cm panjangnya. Buaya betina menunggui sarang dan anak-anaknya hingga dapat mencari makanannya sendiri.

Catatan taksonomis

Dari segi morfologi dan habitat, jenis ini mirip dengan jenis-jenis buaya air tawar dari Indonesia bagian barat; yakni buaya Siam (C. siamensis), buaya Mindoro (C. mindorensis), dan buaya Kalimantan (C. raninus). C. mindorensis dahulu dianggap sebagai anak jenis (subspesies) buaya Irian (sebagai C. novaeguineae mindorensis), akan tetapi kini dianggap sebagai jenis tersendiri.

Diketahui ada dua populasi Crocodylus novaeguineae di Papua, yang terpisah oleh pegunungan tengah. Analisis DNA memperlihatkan bahwa kedua populasi itu secara genetik berlainan. Populasi di selatan pegunungan, yang menyebar mulai dari selatan Kepala Burung hingga jazirah selatan Papua Nugini, diusulkan para ahli untuk dianggap sebagai jenis yang terpisah, yakni buaya Sahul. Buaya ini secara morfologis serupa dengan Crocodylus novaeguineae, kecuali bahwa sisik-sisik besar di belakang kepala (post-occipital scutes) biasanya berjumlah tiga pasang (3–6 buah), dan sisik-sisik besar di tengkuk (nuchal scutes) dipisahkan oleh sederet sisik-sisik kecil.

Buaya Sahul juga memiliki musim bertelur yang berbeda (di awal musim hujan), berat telur rata-rata yang lebih tinggi (104 gram), dan jumlah telur rata-rata yang lebih rendah (22 butir). Anak yang ditetaskan berukuran rata-rata lebih panjang, yakni antara 31–37 cm.

Konservasi

Crocodylus novaeguineae merupakan salah satu jenis buaya yang banyak dieksploitasi untuk dimanfaatkan kulitnya. Penangkapan dari alam di Papua Nugini saja tercatat lebih dari 20 ribu ekor pertahun di antara 1977-1980, yang kemudian menyusut menjadi antara 12 ribu – 20 ribu ekor pertahun (1981–1989) dan kini turun lagi menjadi antara 3.000–5.000 ekor pertahun. Sebaliknya, pengumpulan telur dan anakan untuk kepentingan penangkaran terus meningkat, sehingga kini berbagai penangkaran di negara itu bisa menghasilkan antara 2.500–10.000 ekor buaya pertahun.

Mempertimbangkan tingginya tekanan terhadap populasinya di alam, Pemerintah Indonesia telah memasukkan Crocodylus novaeguineae sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang, yang membatasi pemanfaatannya. Perdagangan kulit dan produk-produknya diawasi oleh CITES, yang memasukkan jenis ini ke dalam Apendiks II.

Sementara IUCN memandangnya sebagai beresiko rendah (LR, lower risks) alias cukup aman, mengingat populasinya yang relatif masih tinggi dengan habitat yang luas di alam. Populasi Crocodylus novaeguineae liar diperkirakan antara 50 ribu hingga 100 ribu ekor, di seluruh pulau Papua.

Sumber: Jelajah

Buaya Muara (Crocodylus Porosus)

Kerajaan: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : C. porosus


Nama binomial : Crocodylus porosus

Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah sejenis buaya yang terutama hidup di sungai-sungai dan di laut dekat muara. Daerah penyebarannya dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia. Perbedaan buaya ini dengan jenis lainnya adalah sisik belakang kepalanya yang kecil atau tidak ada, sisik dorsalnya bertunas pendek berjumlah 16 - 17 baris dari depan dan ke belakang biasanya 6 - 8 baris.

Buaya muara memiliki ukuran yang lebih besar dibanding buaya air tawar yaitu pada rahang dan ukuran gigi serta moncong spesies ini cukup lebar. Mereka memiliki warna yang bervariasi dari warna abu-abu hingga hijau tua terutama pada buaya dewasa, sedangkan buaya muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam dan belang pada ekornya. Sedang panjang tubuh termasuk ekor bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur.

Buaya muara juga dikenal sebagai buaya terbesar di dunia, jauh lebih besar dari Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator mississipiensis). Penyebarannya pun juga "terluas" di dunia; buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk mereka adalah perairan Indonesia dan Australia.

Pejantan dapat tumbuh hingga 7 meter (23 kaki), namun sebagian besar adalah kurang dari 5 meter. Betina biasanya memiliki panjang kurang dari 4 meter dan dapat mulai bertelur dan membuat sarang sekitar 12 tahun. Maksimum jangka hidup tidak diketahui namun diperkirakan bahwa mereka dapat hidup setidaknya 70 sampai 100 tahun. Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai, kadang dijumpai di laut lepas.

Makanan utamanya adalah ikan walaupun dapat menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati sungai untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesia.

Buaya muara berkembang biak pada musim hujan (bulan Nov-Mar) dan membangun sarang yang sebagian besar dari tumbuh-tumbuhan dan gundukan tanah. Sarang biasanya terletak di rerumputan atau pinggir hutan di sepanjang sungai atau rawa air tawar. Di dalam sarang, tersimpan sekitar 5o telur dan inkubasi berlangsung antara 65 - 110 hari- Buaya betina biasanya yang menjaga sarang dengan seksama dan karenanya buaya tersebut menyembunyikan dalam kubangan terdekat. Suhu inkubasi menentukan jenis kelamin dari telur buaya yang ditetaskan,pada suhu sangat tinggi atau suhu rendah akan memproduksi buaya betina, dan suhu dari 31 - 32 derajat celciusakan menghasilkan buaya jantan. Dari telur - telur yang disimpan hanya sekitar 25% saja yang akan menetas.

Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bilamana kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. Buaya muara menyukai air payau/asin, oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin).Selain terbesar dan terpanjang, Buaya Muara terkenal juga sebagai jenis buaya terganas di dunia.

Sumber: Jelajah

Harimau Jawa (Panthera Tigris Sundaica)

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera tigris


Upaspesies : Panthera tigris sondaica

Harimau jawa ( Panthera tigris sundaica ) adalah satwa endemik pulau jawa atau dengan kata lain adalah satwa yang hanya dijumpai di pulau Jawa. Status harimau jawa kini menurut CITES ( Conservation on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora ) menyatakan bahwa keberadaan harimau jawa telah punah pada tahun 1996.

Di akhir abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di pulau Jawa. Di tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Di tahun 1950-an, ketika populasi harimau Jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Di tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri. Walaupun taman nasional ini dilindungi, banyak yang membuka lahan pertanian disitu dan membuat harimau jawa semakin terancam dan kemudian dinyatakan punah pada tahun 1996.

Selain itu foto di TNMB tersebut menjadi dasar bagi berbagai pihak bahwa habitat terakhir harimau jawa ada di TN Meru Betiri saja, sehingga dengan pernyataan punah dan habitat terakhir hanya di TNMB menyebabkan banyak peneliti beranggapan bahwa meneliti harimau jawa hanya sia-sia saja, dan penelitian yang dilakukan pun hanya berkutat di TNMB padahal, banyak yang melihat bahwa harimau jawa ditemukan di lokasi lain seperti G. Ijen, G. Slamet , dll. ( terutama penduduk setempat, pecinta alam, pemburu liar).

Di akhir tahun 1998 telah diadakan Seminar Nasional Harimau Jawa di UC UGM yang berhasil menyepakati untuk dilakukan "peninjauan kembali" atas klaim punahnya satwa ini. Hal tersebut karena bukti-bukti temuan terbaru berupa jejak, guratan di pohon, dan rambut, yang diindikasikan sebagai milik harimau jawa. Secara mikroskopis, struktur morfologi rambut harimau jawa dapat dibedakan dengan rambut macan tutul. Oleh karena itu hingga sekarang masih dilakukan usaha pembuktian eksistensi satwa penyandang status punah ini.

Keberadaan harimau jawa menjadi “kabur” , sedangkan ancaman pemburuan terhadap satwa ini terus saja terjadi, seperti pernyataan pemburu dalam tulisan Didik Raharyono, menyatakan mereka masih mampu membunuh di atas tahun 1995-an. Sedangkan dalam tulisannya Abdul Hamid menyatakan masih ada sekitar 31 Harimau Jawa terbunuh di tahun 1987. pertanyaan yang timbul kemudian, “ apakah kepedulian kita masih ada terhadap harimau jawa, yang terancam kini? , “ apakah kita hanya terpaku pada pernyataan orang asing yang menyatakan harimau jawa punah, hanya dengan penelitian beberapa bulan , atau tahun, sedangkan masyarakat sekitar hutan yang hidup bertahun- tahun di sekitar hutan masih sering melihatnya, bahkan apakah keyakinan kita kalah dengan keyakinan pemburu yang masih memburu harimau jawa selama bertahun-tahun?”.

Akan tetapi masih ada beberapa orang atau organisasi yang menyatakan harimau jawa masih ada, dengan dilakukan penelitian secara terpadu tidak hanya di TNMB, akan tetapi diseluruh jawa, dengan berdasarkan pelaporan masyarakat setempat, dan pemburu yang pernah melihatnya. Penelitian ini unik karena berdasarkan pernyataan bukan ahli, akan tetapi ini menjadi dasar yang kuat karena merekalah yang sehari-harinya berinteraksi dengan harimau jawa.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa persebaran habitat harimau jawa (penelitian hingga tahun 2000 oleh berbagai organisasi ), adalah TN Alas Purwo ( 1997 – 2000), TN Meru Betiri ( 1997-2000), G. Merapi Ungup-ungup ( 1999), Djampit- G. Panataran ( 1999), G. Raung – G. Suket ( 1997-1999), TN Baluran – maelang ( 1998 ), G. Lamongan – G. Argopuro ( 1999), Pulau Sempu ( 1990), G. Arjuno – Tretes ( 1994), G. Wilis ( 1993), G. Lawu ( 1996- 1999), Hutan jati peg. Kendeng Utara- Blora ( 1995), G. Muria ( 1998 ), Gunungkidul (wonosari – trenggalek) (2000), G. Ungaran (1997), Pegunungan Dieng ( 1998), G. Slamet ( 1997-2000), Pulau Nusakambangan ( 1994), Leuweng Santjang ( 1998), TN Ujung Kulon ( 1999-2000). Total 20 lokasi menjadi habitat harimau jawa, penelitian ini diatas tahun 1990-an, walaupun tidak mendapatkan visualisasi harimau jawa, akan tetapi mendapatkan jejak-jejak yang dianggap sebagai jejak harimau jawa. Sedangkan dari penelitian lis (2004) di TN Meru Betiri didapatkan sampel rambut harimau jawa yang setelah dilakukan tes DNA positif milik Harimau Jawa.

Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa memahami jejak dan ciri kehadiran hariamau jawa sangat penting jika kita ingin mengetahui keberadaan harimau jawa maupun habitatnya. Jejak dan ciri yang dapat kita tahu antara lain :

1. Kotoran / Feaces.
2. Cakaran.
3. Jejak tapak kaki.
4. Suara.

Pengalaman dan pengetahuan peneliti sangat penting bagi keberhasilan penentuan keberadaan dan habitat harimau jawa, jika tidak teliti mungkin bisa saja tertukar dengan jejak macan tutul atau macan kumbang.

Di samping harimau jawa, ada dua jenis harimau yang punah di abad ke-20, yaitu Harimau Bali dan Harimau Persia. Secara biologis, harimau jawa mempunyai hubungan sangat dekat dengan harimau bali.

Sumber: Jelajah

Harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae)

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Spesies: Panthera tigris





Upaspesies: Panthera tigris sumatrae

Harimau Sumatra atau dalam bahasa latin disebut Panthera tigris sumatrae hanya ditemukan di Pulau Sumatra di Indonesia, merupakan satu dari enam sub-spesies harimau (Panthera tigris) yang masih bertahan hidup hingga saat ini setelah dua saudaranya Harimau Bali (Panthera tigris balica) dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah. Harimau Sumatra termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liarnya diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di Taman-taman nasional di Sumatra.

Asal-usul

Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang dikenal sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun yang lalu semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, “The Natural History of Wild Cats”). Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia di China dan Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan Asia Tengah di barat dan barat daya menjadi harimau Caspian. Sebagian lagi bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan pergunungan barat, dan seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan Indonesia, sebagiannya lagi terus bergerak ke barat hingga ke India (Hemmer,1987).

Harimau Sumatera dipercaya terasing ketika permukaan air laut meningkat pada 6.000 hingga 12.000 tahun silam. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan subspisies harimau lainnya dan sangat mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.

Ciri-ciri

Harimau Sumatra adalah subspesies harimau terkecil. Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap diantara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet.

Harimau Sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198cm dan berat 200 pound atau sekitar 91kg.

Belang Harimau Sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit Harimau Sumatra merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan.

Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.

Habitat

Harimau Sumatra hanya ditemukan di pulau Sumatra. Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi.

Makanan harimau sumatra tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya. Harimau sumatra merupakan hewan soliter yang berburu di malam hari. Kucing ini mengintai mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat ditangkap, umumnya celeng dan rusa, dan terkadang unggas,ikan, dan Orangutan. Menurut penduduk setempat harimau sumatra juga gemar makan durian.

Harimau Sumatera juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu mangsa. Luas kawasan perburuan harimau Sumatera tidak diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor harimau Sumatera dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer.

Harimau Sumatra mengalami ancaman akan kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dimana seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.

Perkembangbiakan

Harimau Sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor.

Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan.

Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau Sumatra dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.

Konservasi

Hingga sekarang diperkirakan hanya tersisa 400-500 ekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang masih bertahan di alam bebas. Selain itu terdapat sedikitnya 250 ekor Harimau Sumatera yang dipelihara di berbagai kebun binatang di seluruh penjuru dunia.

Pengrusakan habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi harimau sumatera saat ini. Pembalakan hutan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 hingga 2000.

Dalam upaya penyelamatan harimau Sumatera dari kepunahan, Taman Safari Indonesia ditunjuk oleh 20 kebun binatang di dunia sebagai Pusat Penangkaran Harimau Sumatera, studbook keeper dan tempat penyimpanan sperma (Genome Rescue Bank) untuk harimau Sumatera.

Sumber: Jelajah

Sabtu, 13 Agustus 2011

Harimau Bali (Panthera Tigris Balica)

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mamalia
Ordo: Carnivora
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Spesies: Panthera tigris


Upaspesies: Panthera Tigris Balica

Harimau Bali (Panthera tigris balica) adalah subspesies harimau yang sudah punah dan pernah mendiami pulau Bali, Indonesia. Harimau ini adalah salah satu dari tiga sub-spesies harimau di Indonesia bersama dengan harimau Jawa (juga telah punah) dan harimau Sumatera (spesies terancam).

Hingga awal abad kedua puluh, masih terdapat Sembilan spesies harimau di Bumi. Tiga yang kemudian punah adalah harimau Kaspia , harimau Jawa ( Panthera Tigris Sondaica) dan harimau Bali (Panthera Tigris Balica). Harimau Kaspia yang dulu tersebar di Asia Tengah dinyatakan punah pada 1950. Harimau Jawa dinyatakah punah pada 1980-an. Sedang harimau Bali dinyatakan punah pada tanggal 27 September 1937. Sub-spesies ini punah karena kehilangan habitat dan perburuan.

Menurut WWF dewasa hanya terdapat 3200 ekor harimau liar di seluruh dunia. Sebarannya terdapat di 13 negara dan terbagi ke dalam enam sub spesies yakni harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae), Belang/Malaya (Panthera Tigris Jacksoni), Bengal ( Panthera tigris bengalensis), Amur/Siberia (Panthera Tigris Altaica), Indochina (Panthera Tigris Corbetti) , China Selatan (Panthera Tigris Amoyensis). Harimau Sumatra yang tersisa tinggal 400 –an ekor atau 12 persen dari populasi harimau dunia.

Harimau Bali yang secara lokal disebut “samong” adalah juga sebuah kekayaan hayati yang tak ternilai harganya. Ia adalah harimau terkecil di dunia, yang terbesar adalah harimau Siberia. Berat harimau Bali jantan antara 90 sampai100 kilogram sedang betinanya antara 65 sampai dengan 80 kilogram. Ukurannya ini setara dengan ukuran seekor leopard atau macan tutul. Ukurannya ini adalah sebuah anomali, umumnya semakin menjauh dari katulistiwa semakin besar pula ukuran seekor harimau. Mungkin evolusi ini disebabkan ukuran pulau Bali yang kecil dan memiliki hewan buruan yang lebih terbatas.

Ia memiliki bulu yang pendek, dengan warna oranye gelap. Lorengnya lebih sedikit dari harimau Jawa dan Sumatra, namun diantara loreng-lorengnya terkadang ada tutul tutul kecil hitam. Kekhasan ini menyebabkan terkadang harimau Bali digambarkan memiliki loreng-loreng yang lebih rapat.

Seperti saudaranya harimau Jawa, kepunahan harimau Bali sebagian disebabkan oleh perburuan yang massif semasa zaman kolonial. Konon cara yang paling poluler untuk memburu harimau Bali adalah dengan menggunakan perangkap kaki begerigi dari besi dengan umpan seekor kambing atau menjangan. Jika telah terperangkap, ia kemudian dieksekusi dengan tembakan senjata api ke arah kepala dari jarak dekat. Hal ini kemudian diperparah dengan wisata perburuan gaya Inggris, Shikari, yang dilakukan oleh orang-orang Belanda yang datang ke Bali dari Jawa; dimana sejumlah pemburu mahir berburu harimau sebagai olahraga dengan panduan seorang “mir shirkar”, atau master pemburu yang seringkali direkrut dari suku atau orang pedalaman lokal yang mengenal daerahnya dengan baik. Harimau Bali terakhir yang berhasil diambil gambar fotonya adalah seekor harimau yang ditembak mati pada 1925 di Sumbar Kima, Bali Barat.

Sumber: Jelajah

Selasa, 09 Agustus 2011

Contoh motif anyaman


Artikel ini melanjutkan artikel sebelumnya Membuat anyaman dari kertas ( http://seputarduniaanak.blogspot.com/2010/09/membuat-anyaman-dari-kertas.html ).

Untuk membuat anyaman, sebenarnya bahan-bahan yang bisa digunakan beragam, tidak hanya dari kertas saja. Tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan, anyaman tersebut mau digunakan untuk apa. Juga untuk warnanya, bisa divariasikan sendiri sesuai

Sabtu, 06 Agustus 2011

Tips/cara menenangkan anak yang merengek





Pernahkah saat Anda sedang mengerjakan suatu pekerjaan yang sedang nanggung, lalu si anak merengek? pasti teman-teman pada menjawab pernah.
Terus apa yang Anda lakukan? tentu jawaban dari Anda semuanya beragam, misalnya:
- ada yang segera meninggalkan pekerjaan dan segera menolong si anak,
- ada yang menjawab sebentar ya nak, nanggung nih,
- ada yang menjawab, adik main dulu ya, bunda bentar

Senin, 01 Agustus 2011

Puasa hari pertama di Doha





Alhamdulillah kemarin (sekarang hari kedua puasa) puasa berjalan lancar. Meskipun saat ini di Qatar sedang musim panas (summer) yang mana suhu mencapai 50o Celcius. Tentu bukan hal mudah untuk menghadapi cuaca yang seperti itu, terlebih kami yang datang dari negara tropis.

Pada malam sholat tarawih, alhamdulillah banyak juga ibu-ibu yang ke masjid. Loh emang biasanya gimana?
Disini,